-->

Kamis, 23 Januari 2014

Berita Cilacap - Sekolah Sepakat Kurangi Volume

Hasil Pertemuan Warga dan Sekolah
CILACAP – Kasus dugaan penganiayaan oleh anggota polisi berinisial SK terhadap siswa MAN Kroya Selasa (21/1) pagi, ditindaklanjuti warga setempat. Kemarin digelar pertemuan antara perwakilan warga dengan pihak sekolah. Dari pertemua itu, sekolah mengaku sudah mengurangi volume pengeras suara di Masjid Bahrul Ulum di sekolah tersebut.
Hadir dalam pertemuan itu, Ketua RT 5 RW 3 Ruslan Abdul Gani, Wakil RT 6 RW 3 yang juga mantan Ketua RT Rusmiyanto, Abdulah Mukson, Ketua RT 7 RW 3, Suparman Kepala Dusun Jatisaba, Desa Karangmangu, Kecamatan Kroya, juga Polisi Desa Darsan. Perwakilan tokoh masyarakat Suharno dan Saiman. Sementara pihak MAN Kroya diwakilkan Waka Kesiswaan, Kukuh Purwanto dan Ketua Komite MAN Kroya  H. Mauludin SPd. Hadir juga Babinkabtimas Nur Hidayat dan anggota Koramil Kroya yang merupakan Babinsa di lingkungan tersebut, Agus Supriyadi.
Dalam pertemuan yang dimulai sekitar pukul 13.00 WIB, masing masing  warga menyampaikan apa yang menjadi keluhan mereka terkait pengeras suara tersebut. Rusmiyanto menyampaikan, warga sudah sering kali menghimbau pihak sekolah agar mengecilkan suara pengeras karena dinilai menganggu lingkungan. Ia mengaku,  saat menjabat ketua RT juga sering menerima keluhan warga. Menurutnya, yang dipermasalahkan bukan kegiatannya namun suara pengerasnya yang dinilai terlalu kencang. “Kebetulan rumah saya sekitar 50 meter dari sekolahan. Saya tidak mempersalahkan kegiatannya, karena kegiatan itu memang ditujukan untuk kebaikan, tetapi yang menjadi keluhan yaitu suaranya yang terlalu keras,” jelasnya.
Salah satu tokoh masyarakat, Suharno mengakui hal yang sama. Ia menuturkan, saat berada di rumah terkadang untuk mengobrol saja tidak terdengar karena suara yang bersumber dari speaker tersebut dinilai terlalu keras. Meski demikan, Ia belum pernah menanyakan langsung hal tersebut ke pihak sekolahan. Suharno hanya pernah menyampaikan hal tersebut kepada siswa yang saat itu bertemu dengannya. “Ini kalo menurut saya pribadi, menurut orang lain belum tentu keras itu seberapa bisa saja menurut saya keras tetapi menurut orang lain tidak. Tapi memang terkadang suara dari pengeras suara tersebut keras, waktu ngobrol di rumah saja tidak terdengar,” ujarnya.
Ketua RT 5 RW 3 Ruslan Abdul Gani mengatakan, memakai speker memang tidak hanya di masjid tersebut. Ia juga berharap ibadah yang dilakukan bisa menjadi hidayah dan kenyamanan. Namun, apabila hal itu dinilai menganggu sehingga lebih baik dikecilkan. “Kalo lingkungan saya pribadi tidak terlalu keras, meski demikian pengeras suara tidak hanya satu tetapi empat. Namun, dengan adanya permasalahan tersebut maka pengeras suara akan dikecilkan, sebab tujuannya ibadah,” jelasnya.
Menurut Saiman, Ia dan warga tidak mempersalahkan kegiatannya namun suaranya yang dinilai menganggu. “Saya tidak melarang orang berkegiatan ibadah. Tetapi suaranya saja yang terlalu keras,” ungkapnya.
Mendengar penjelasan warga, Ketua Komite MAN Kroya H Mauludin SPd meminta waktu untuk berembug dengan pihak sekolah. “Kita nanti akan sampaikan dan berembug dulu untuk memutuskan jalan keluarnya,” ujarnya.
Beberapa saat kemudian, Waka Kesiswaan Kukuh Purwanto mengatakan, setelah kejadian pada Selasa (21/1) pagi pihak sekolahan juga sudah mengurangi volume pengeras suara. Menurutnya, tempat ibadah tersebut memang milik sekolahan namun warga lingkungan sekitar juga menggunakannya. Ia mengatakan, saat  pengeras suara terlalu kencang terkadang tidak terkontrol pihak sekolah. Meski demikan, pihak sekolahan berupaya untuk mengatasi hal tersebut. “Kita menerima masukan dari warga lingkungan, dan sejak Rabu (22/1) pagi pengeras sudah dikecilkan,” jelasnya. Warga kemudian membubarkan diri sekitar pukul 14.00 WIB.
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Cilacap Drs H Mughni Labib MSI saat dihubungi Radarmas Rabu (22/1) kemarin mengatakan, jika memang pengeras suara dikeluhkan masyarakat sekitar, maka harus dikurangi volumenya. “Dari saya, itu merupakan himbauan bila lingkungan sekitar menilai terlalu keras ya dikecilkan saja,” jelasnya.
Sementara itu dalam surat yang ditulis Kepala Tata Usaha Wahyu Hidayat, atas nama Kelapa MAN Kroya, mengeluhkan gambar ilustrasi yang ada di Harian Radar Banyumas. Menurut Wahyu, yang datang ke masjid hanya SK dan S bukan warga. Mereka bermaksud memperingatkan santri yang sedang tadarus Alquran untuk mengurangi volume pengeras suara.
Ia juga mengklarifikasi penyataan mantan ketua RT 6 Yanto terkait adanya sudah sering diperingatkan dan menyebut pernah datang 10 orang ke MAN Kroya untuk menyampaikan keluhan terkait pengeras suara. Bahkan  dalam surat tersebut dijelaskan bahwa S pernah mengancam santri dengan senjata tajam.
Penyataan senada juga disampaikan guru BK HM Badrul Qirom usai pertemuan dengan warga kemarin. Ia Mengatakan hanya segelintir orang yang menilai bahwa pengeras suara tersebut keras. Menurutnya, pihak MAN Kroya dirugikan dengan adanya perisitiwa tersebut. Ia juga membantah adanya 10 orang yang pernah datang ke sekolahan untuk menegur pengeras suara yang terlalu keras. “Diantara warga cuma tiga orang sebenarnya yang mengeluhkan hal tersebut yaitu Pak Saiman, Pak Rusmiyanto dan Pak Kamto,”ujarnya.
Lagi-lagi Badrul Kirom tidap puas dengan ilustrasi gambar di Radar Banyumas. Saat peristiwa pada Selasa (21/1) terjadi sekitar pukul 05.00, siswa belum ada yang mengenakan baju OSIS. Menurut informasi yang datang  hanya ada dua warga yang saat itu mendatangi sekolahan tidak seperti  di gambar Ilustrasi yang dinilai MAN seperti didemo. Pagi-pagi seperti itu, logikanya tidak ada siswa yang pakai baju osis tidak seperti di ilustrasi dimana para siswa mengenakan baju OSIS,” ungkapnya.
Mantan Ketua RT 6 RW 3 Desa Karangmangu Kecamatan Kroya Rusmiyanto saat dikonfirmasi ulang mengenai sepuluh orang yang datang menegur pihak sekolahan mengenai pengeras suara yang dinilai terlalu keras. Ia mengatakan, kejadian tersebut sudah lama sekitar dua atau tiga tahun yang lalu. “Kejadiannya saat saya masih jadi ketua RT, sekitar enam atau sepuluh orang. Persisnya saya kurang ingat,” jelasnya.(yan/adi/acd)

sumber : Radar Banyumas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar